BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Landasan filosofis, psikologis dan yuridis
pembelajaran Tematik
humanisme. Aliran progresivisme memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan kreatifitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah (natural), dan memperhatikan pengalaman peserta didik. Aliran konstruktivisme melihat pengalaman langsung peserta didik(direct experiences) sebagai kunci dalam pembelajaran. Menurut aliran ini, pengetahuan adalah hasil konstruksi atau bentukan manusia. Manusia mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan obyek, fenomena, pengalaman .
humanisme. Aliran progresivisme memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan kreatifitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah (natural), dan memperhatikan pengalaman peserta didik. Aliran konstruktivisme melihat pengalaman langsung peserta didik(direct experiences) sebagai kunci dalam pembelajaran. Menurut aliran ini, pengetahuan adalah hasil konstruksi atau bentukan manusia. Manusia mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan obyek, fenomena, pengalaman .
2. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini saya menggunakan metode
kepustakaan.Cara-cara yang digunakan pada penulisan makalah ini adalah:
-Studi pustaka
Dalam metode ini penulis membaca buku-buku yang berkaitan
dengan materi yang berkaitan didalam penulisan makalah ini.Ataupun dengan
mengunjungi situs-situs tentang sosial di masyarakat di internet yang
berhubungan dengan pembahasan makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
Landasan
Filosofis Pelaksanaan pembelajaran tematik merupakan
implementasi dari kurikulum yang berlaku. Pada saat mempertimbangkan
pelaksanaan pembelajaran ini didasari pada landasan filosofis, landasan
psikologis, dan landasan yuridis.Menurut Sukayati (20044),
A.
landasan
filosofis dari implementasi
pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh
tiga aliran filsafat yaitu :(1) progresivisme, (2) konstruktivisme, dan (3)
humanisme.
1.
Aliran
progresivisme memandang proses pembelajaran perlu
ditekankan pada pembentukan
kreatifitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah (natural), dan
memperhatikan pengalaman peserta didik.
2.
Aliran
konstruktivisme melihat pengalaman langsung peserta didik(direct experiences)
sebagai kunci dalam pembelajaran. Menurut aliran ini, pengetahuan adalah hasil
konstruksi atau bentukan manusia. Manusia mengkonstruksi pengetahuannya melalui
interaksi dengan obyek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya. Pengetahuan
tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada peserta didik,
tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing peserta didik.
Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang
berkembang terus menerus. Keaktifan peserta didikyang diwujudkan oleh rasa
ingin tahunya sangat berperan dalam perkembangan pengetahuannya.
3.
Aliran
humanisme melihat peserta didikdari segi keunikankekhasannya, potensinya, dan
motivasi yang dimilikinya.Landasan PsikologisLandasan psikologis terutama
berkaitan dengan psikologi perkembangan peserta didikdan psikologi belajar.
Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isimateri
pembelajaran tematik yang diberikan kepada peserta didikagar tingkat keluasan
dan kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik.
Psikologi belajar memberikan kontribusi dalam
pendidikan dan pembelajaran, yaitu:
Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar. Siswa tidak
harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya. Siswa akan mempelajari
hal-hal yang bermakna bagi dirinya. Pengorganisasian bahan pelajaran berarti
mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa
Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru
sebagai bagian yang bermakna bagi siswa, berdasarkan perolehan prestasi siswa Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok
untuk diterpkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan
kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena
sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang
bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjaadi perubahan pola pikir,
perilaku dan sikap atas kemauan sendiri. Siswa diharapkan menjadi manusia yang
bebas, berani, Teori belajar ini
berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari
sudut pandang pengamatnya.
Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa
untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk
mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam
mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Para ahli humanistik
melihat adanya dua bagian pada proses belajar, ialah : Proses pemerolehan
informasi baru.
B.
Teori humanistik
memandang tujuan belajar adalah untuk
memanusiakan manusia. Proses belajar
dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri.
Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambatlaun ia mampu mencapai aktualisasi
diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku
belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang
pengamatnya.Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk
mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal
diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan
potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Para ahli humanistik melihat adanya
dua bagian pada proses belajar, ialah Proses pemerolehan informasi
baru,Personalia informasi ini pada individu.
Tokoh penting dalam teori belajar humanistik secara
teoritik antara lain adalah Arthur W. Combs, Abraham Maslow dan Carl
Rogers.Arthur Combs (1912-1999)Bersama dengan Donald Snygg (1904-1967) mereka
mencurahkan banyak perhatian pada dunia pendidikan. Meaning (makna atau arti)
adalah konsep dasar yang sering digunakan. Belajar terjadi bila mempunyai arti
bagi individu. Guru tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak
relevan dengan kehidupan mereka. Anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan
karena bodoh tetapi karena mereka enggan dan terpaksa dan merasa sebenarnya
tidak ada alasan penting mereka harus mempelajarinya.
Beberapa
tokoh yang terkenal seperti Robert Owen (1771 1858) dan Charles Babbage (1792
1871) mereka termasuk dalam Teori Manajemen Klasik , Frederick Winslow Taylor
dan Henry Laurance Gantt (1861 1919) mereka termasuk dalam Teori Manajemen
Ilmiah , serta Henry Fayol (1841-1925) yang termasuk dalam Teori Organisasi
Klasik.
C.
Teori Manajemen
Klasik
Ada dua tokoh manajemen yang mengawali munculnya manajemen, yaitu:
1.
Robert Owen (1771 1858)
Dimulai
pada awal tahun 1800-an sebagai Mnajer Pabrik Pemintalan Kapas di New Lanark,
Skotlandia. Robert Owen mencurahkan perhatiannya pada penggunaan faktor
produksi mesin dan faktor produksi tenaga kerja. Dari hasil pengamatannya
disimpulkan bahwa, bilamana terhadap mesin diadakan suatu perawatan yang baik
akan memberikan keuntungan kepada perusahaan, demikian pula halnya pada tenaga
kerja, apabila tenaga kerja dipelihara dan dirawat (dalam arti adanya perhatian
baik kompensasi, kesehatan, tunjangan dan lain sebagainya) oleh pimpinan
perusahaan akan memberikan keuntungan kepada perusahaan. Selanjutnya dikatakan
bahwa kuantitas dan kualitas hasil pekerjaan dipengaruhi oleh situasi ekstern
dan intern dari pekerjaan. Atas hasil penelitiannya Robert Owen dikenal sebagai
Bapak Manajemen Personalia.
Charles Babbage (1792 1871)
Charles Babbage (1792 1871)
Charles
Babbage adalah seorang Profesor Matematika dari Inggris yang menaruh perhatian
dan minat pada bidang manajemen. Dia dipercaya bahwa aplikasi prinsip-prinsip
ilmiah pada proses kerja akan menaikkan produktivitas dari tenaga kerja
menurunkan biaya, karena pekerjaan-pekerjaan dilakukan secara efektif dan
efisien. Dia menganjurkan agar para manajer bertukar pengalaman dan dalam
penerapan prinsip-prinsip manajemen. Pembagian kerja (devision of labour),
mempunyai beberapa keunggulan, yaitu :
1. Waktu yang
diperlukan untuk belajar dari pengalaman-pengalaman yang baru.
2. Banyaknya
waktu yang terbuang bila seseorang berpindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan
lain akan menghambat kemajuan dan ketrampilan pekerja, untuk itu diperlukan spesialisasi
dalam pekerjaannya.
3. Kecakapan
dan keahlian seseorang bertambah karena seorangpekerja bekerja terus menerus
dalam tugasnya.
4. Adanya
perhatian pada pekerjaannya sehingga dapat meresapi alat-alatnya karena
perhatiannya pada itu-itu saja.
Kontribusi lain dari Charles Babbage yaitu mengembangkan kerja sama yang saling menguntungkan antara para pekerja dengan pemilik perusahaan, juga membuat skema perencanaan pembagian keuntungan.
Kontribusi lain dari Charles Babbage yaitu mengembangkan kerja sama yang saling menguntungkan antara para pekerja dengan pemilik perusahaan, juga membuat skema perencanaan pembagian keuntungan.
D. Teori Manajeman Ilmiah
Tokoh-tokoh
dari teori manajemen ilmiah antara lain Frederick Winslow Taylor, Frank dan
Lilian Gilbreth, Henry L. Gantt dan Harrington Emerson.
1.
Frederick Winslow Taylor
Pertama kali
manajemen ilmiah atau manajemen yang menggunakan ilmu pengetahuan dibahas, pada
sekitar tahun 1900an. Taylor adalah manajer dan penasihat perusahaan dan
merupakan salah seorang tokoh terbesar manajemen. Taylor dikenal sebagai bapak
manajemen ilmiah (scientifick management).
Hasil
penelitian dan analisanya ditetapkan beberapa prinsip yang menggantikan prinsip
lama yaitu sistem coba-coba atau yang lebih dikenal dengan nama sistem trial
and error.
Hakekat pertama daripada manajemen ilmiah yaitu A great mental revolution, karena hal ini menyangkut manajer dan karyawan. Hakekat yang ke dua yaitu penerapan ilmu pengetahuan untuk menghilangkan sistem coba-coba dalam setiap unsur pekerjaan.
Taylor mengemukakan empat prinsip Scientific Management, yaitu :
Hakekat pertama daripada manajemen ilmiah yaitu A great mental revolution, karena hal ini menyangkut manajer dan karyawan. Hakekat yang ke dua yaitu penerapan ilmu pengetahuan untuk menghilangkan sistem coba-coba dalam setiap unsur pekerjaan.
Taylor mengemukakan empat prinsip Scientific Management, yaitu :
1.
menghilangkan sistem coba-coba dan menerapkan metode-metode ilmu pengetahuan
disetiap unsur-unsur kegiatan.
2. memilih
pekerjaan terbaik untuk setiap tugas tertentu, selanjutnya memberikan latihan
dan pendidikan kepada pekerja.
3. setiap
petugas harus menerapkan hasil-hasil ilmu pengetahuan di dalam menjalankan
tugasnya.
4. harus
dijalin kerja sama yang baik antara pimpinan dengan pekerja.
Hal yang
menarik dari pendapat Taylor salah satunya adalah mengenai posisi manajer.
Dimana manajer adalah pelayan bagi bahwahannya yang bertentangan dengan
pendapat sebelumnya yang mengatakan bahwa bawahan adalah pelayan manajer. Oleh
Taylor ini dinamakan studi gerak dan waktu (Time and a motion study).
Henry Laurance Gantt (1861 1919)
Henry
merupakan asisten dari Taylor, dia berdiri sendiri sebagai seorang konsultan,
dimana titik perhatiannya pada unsur manusia dalam menaikkan produktivitas
kerjanya. Adapun gagasan yang dicetuskannya yaitu :
1. kerja sama
yang saling menguntungkan antara manajer dan tenaga kerja untuk mencapai tujuan
bersama.
2.mengadakan
seleksi ilmiah terhadap tenaga kerja.
3. pembayar
upah pegawai dengan menggunakan sistem bonus.
4. penggunaan
instruksi kerja yang terperinci.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Perkembangan teori manajemen sampai pada saat ini telah
berkembang dengan pesat. Tapi sampai detik ini pula belum ada suatu teori yang
bersifat umum ataupun berupa kumpulan-kumpulan hukum bagi manajemen yang dapat
diterapkan dalam berbagai situasi dan kondisi. Para manajemen banyak mengalami
dan menjumpai pandangan-pandangan tentang manajemen, yang berbeda adalah dalam
penerapannya.
Dalam
bab ini akan dikupas tiga aliran pemikiran manajemen, yaitu :
1.
Aliran klasik yang terbagi dalam manajemen ilmiah dan teori organisasi klasik.
2. Aliran hubungan manusiawi, disebut sebagai aliran
neoklasik atau pasca klasik.
3. Aliran manajemen modern.
Disamping itu akan
dibicarakan juga dua pendekatan manajemen yaitu :
1. Pendekatan sistem (System Approach)
1. Pendekatan sistem (System Approach)
2. Pendekatan kontingensi (Contingency Approac)
Daftar pustaka
Arthur
G. Bedeian, Organizations : theory and
analysis, The Dryden Press, Hinsdale, Illiois, 1980.
Gary
Dessler, Organization and management : A
Contigency Approach, Prentice-Hall, inc., Hemewood, Illinois, 1980.
Fred Luthans, Organization Behavior, McGraw-Hill, Inc., New York, 1977
Tidak ada komentar:
Posting Komentar